7 Misteri Kematian Hewan Massal
Semua makhluk hidup di dunia ini pasti akan merasakan betapa pedihnya bila nyawa sudah melayang, meskipun hewan itu tidak memiliki akal dan pikiran seperti hewan. Tapi hewan - hewan di bawah ini banyak yang mati dalam sesaat dan saat itu pula. Cekidot!!!
1. Kematian Puluhan Anjing Laut
1. Kematian Puluhan Anjing Laut
Puluhan anjing laut ditemukan mati dan terdampar di sebuah pantai di Australia Selatan pada Ahad. Seorang pejabat lingkungan mengatakan pada Selasa (17/1), bahwa 53 ekor anjing laut itu bergeletakan di bibir pantai dengan sebab kematian yang belum diketahui pasti. Para ahli juga belum bisa menentukan penyebabnya, sebelum melakukan penelitian matinya hewan jinak itu secara bersamaan.
Penemuan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Taman Nasional Lincoln. Sebanyak tiga ekor anjing laut pun dibawa ke Universitas Adelaide, untuk diperiksa lebih lanjut.
Menurut Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Australia Selatan, 51 spesies hewan yang dilindungi itu adalah anjing laut remaja dan dua ekor lainnya merupakan anjing laut dewasa. Hewan-hewan tersebut merupakan jenis satwa yang dianggap jinak. Tidak ada indikasi bahwa binatang laut itu mati akibat ulah manusia. Dari kondisi fisik hewan itu, puluhan anjing laut itu diperkirakan telah mati lebih dari sepekan lalu.
Penemuan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Taman Nasional Lincoln. Sebanyak tiga ekor anjing laut pun dibawa ke Universitas Adelaide, untuk diperiksa lebih lanjut.
Menurut Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Australia Selatan, 51 spesies hewan yang dilindungi itu adalah anjing laut remaja dan dua ekor lainnya merupakan anjing laut dewasa. Hewan-hewan tersebut merupakan jenis satwa yang dianggap jinak. Tidak ada indikasi bahwa binatang laut itu mati akibat ulah manusia. Dari kondisi fisik hewan itu, puluhan anjing laut itu diperkirakan telah mati lebih dari sepekan lalu.
2. Kematian Ribuan Merpati Penyu di Italia
Ribuan burung berjatuhan dari langit Italia. Bangkai merpati penyu ini ditemukan tersebar di jalanan, taman, bahkan tergantung tragis di pohon Natal di kota Faenza. Banyak ditemukan noda biru pada paruh burung-burung yang jatuh dari langit itu.
GeaPress, sebuah media lokal menduga, noda biru pada burung di Italia merupakan racun atau hipoksia.Kementrian Kehutanan dan WWF (World Wildlife Fund) akan melakukan penelitian pada bangkai burung. Diperkirakan hasilnya akan dirilis satu pekan mendatang.
Pekan sebelumnya, insiden serupa terjadi di Arkansas bertepatan dengan Malam Tahun Baru di sana. Selain Arkansas, insiden ini juga terjadi di Lousiana, Kentucky dan Swedia. Sebanyak dua juta ikan ditemukan mati di Maryland, Brasil, Selandia Baru dan Arkansas.
Insiden ikan mati terjadi sekitar 100 mil (161 meter) dari insiden burung. Selain ikan, kepiting pun ditemukan mati di pantai Inggris selama beberapa hari terakhir. Seperti dikutip Huffingtonpost, sejumlah peristiwa ini masih menjadi misteri.
Pejabat mengatakan kembang api adalah dalang di balik kematian massal burung, selain itu cuaca dingin diduga menjadi penyebab kematian ikan dan kepiting.
3. Kematian Ribuan Koloni Lebah
Transmisi telepon seluler (ponsel) kemungkinan besar mengakibatkan kematian sejumlah lebah di seluruh dunia yang selama ini menjadi misteri di kalangan ilmuwan. Kesimpulan tersebut didapat dari studi yang dilakukan oleh Daniel Favre, peneliti asal Swiss Federal Institute of Technology, Lausanne, Swiss.
Pada penelitian, Favre menempatkan ponsel di bawah sarang lebah lalu memantau reaksi para lebah pekerja selama beberapa waktu. Ternyata, lebah bisa mendeteksi saat ponsel itu melakukan ataupun menerima panggilan. Mereka kemudian merespons dengan mengeluarkan suara mencicit bernada tinggi yang umumnya menandakan dimulainya kerumunan lebah.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa hadirnya ponsel yang aktif mengganggu aktivitas para lebah dan menghasilkan efek yang dramatis,” kata Favre, seperti dikutip dari Daily Mail, 18 Mei 2011.
Favre yakin bahwa temuan ini merupakan bukti dari perkiraan para ilmuwan sebelumnya bahwa sinyal dari ponsel berkontribusi terhadap penurunan jumlah lebah madu. Namun demikian, Favre menyebutkan, masih banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk membantu mengonfirmasikan hubungan antara sinyal ponsel dan musnahnya koloni lebah yang telah memangkas populasi hewan tersebut.
Sebelum Favre, Juni lalu, peneliti lain juga melakukan penelitian dan menghasilkan kesimpulan serupa. Ia mencatat penurunan populasi sarang lebah yang dipasangi ponsel dan terjadi penurunan jumlah telur yang dihasilkan ratu lebah di dalam sarang tersebut.
Dari sebuah studi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir terhadap delapan spesies kumbang di Amerika Serikat, diketahui bahwa empat dari delapan spesies kumbang itu mengalami penurunan populasi hingga 96 persen dan kawasan penyebarannya telah menyusut antara 23 sampai 87 persen.
“Saat ini ada 50 spesies kumbang di kawasan Amerika Utara, dan dari 8 spesies yang kami amati, empat di antaranya mengalami masalah besar,” kata Sydney Cameron, profesor entomologi dari University of Illinois yang mengetuai penelitian. “Mereka bisa saja pulih dari ancaman kepunahan, namun sebagian dari mereka memiliki peluang yang kecil. Namun kami hanya baru meneliti delapan di antaranya. Kemungkinan besar ini hanya seperti puncak dari gunung es,” ucapnya.
Pada penelitian, Favre menempatkan ponsel di bawah sarang lebah lalu memantau reaksi para lebah pekerja selama beberapa waktu. Ternyata, lebah bisa mendeteksi saat ponsel itu melakukan ataupun menerima panggilan. Mereka kemudian merespons dengan mengeluarkan suara mencicit bernada tinggi yang umumnya menandakan dimulainya kerumunan lebah.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa hadirnya ponsel yang aktif mengganggu aktivitas para lebah dan menghasilkan efek yang dramatis,” kata Favre, seperti dikutip dari Daily Mail, 18 Mei 2011.
Favre yakin bahwa temuan ini merupakan bukti dari perkiraan para ilmuwan sebelumnya bahwa sinyal dari ponsel berkontribusi terhadap penurunan jumlah lebah madu. Namun demikian, Favre menyebutkan, masih banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk membantu mengonfirmasikan hubungan antara sinyal ponsel dan musnahnya koloni lebah yang telah memangkas populasi hewan tersebut.
Sebelum Favre, Juni lalu, peneliti lain juga melakukan penelitian dan menghasilkan kesimpulan serupa. Ia mencatat penurunan populasi sarang lebah yang dipasangi ponsel dan terjadi penurunan jumlah telur yang dihasilkan ratu lebah di dalam sarang tersebut.
Dari sebuah studi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir terhadap delapan spesies kumbang di Amerika Serikat, diketahui bahwa empat dari delapan spesies kumbang itu mengalami penurunan populasi hingga 96 persen dan kawasan penyebarannya telah menyusut antara 23 sampai 87 persen.
“Saat ini ada 50 spesies kumbang di kawasan Amerika Utara, dan dari 8 spesies yang kami amati, empat di antaranya mengalami masalah besar,” kata Sydney Cameron, profesor entomologi dari University of Illinois yang mengetuai penelitian. “Mereka bisa saja pulih dari ancaman kepunahan, namun sebagian dari mereka memiliki peluang yang kecil. Namun kami hanya baru meneliti delapan di antaranya. Kemungkinan besar ini hanya seperti puncak dari gunung es,” ucapnya.
4. Kematian Ratusan Penguin di Brazil
Lebih dari 500 ekor penguin secara misterius terdampar di pantai Tramandai di selatan Brazil pada minggu terakhir ini.
Fenomena ini jelas membuat para ahli biologi laut dan dokter hewan kebingungan dan sedang melakukan penyelidikan penyebab pasti kematian burung-burung ini.
Teka-teki yang membuat para ilmuwan kebingungan ini adalah mayat-mayat penguin yang ditemukan tewas ini terlihat cukup makan, tanpa terluka dan terkena minyak.
Sebuah Pusat Studi Kelautan mengatakan bahwa mereka kemungkinan baru akan mendapatkan hasil dari otopsi yang dilakukan pada beberapa penguin pada bulan depan, yang diharapkan bisa mengungkap penyebab kematian massal ini.
Berdasarkan perhitungan para ilmuwan, ada 512 ekor penguin mati yang terdampar di pantai selatan negara bagian Rio Grande do Sul, diantara kota Tramandai dan Cidreira, sekitar 60 mil dari ibukota negara bagian, Porto Alegre.
Burung-burung yang dikenal sebagai Penguin Magellan ini bermigrasi ke utara dari Argentina untuk mencari makanan di perairan hangat. Dan mereka biasanya melakukan perjalanan antara bulan Maret dan September.
Saat ini Universitas Porto Alegre sedang melakukan pemeriksaan terhadap sekitar 30 penguin yang mati tersebut.
Insiden serupa pernah terjadi sebelumnya, dan disebabkan oleh pergeseran arus laut dan suhu yang dingin.
Pekan lalu, puluhan penguin muda berhasil diselamatkan dari pantai di Rio de Janeiro setelah tersesat jauh melampaui jalur normal mereka.
Lembaga lingkungan hidup di Brasil sedang mempersiapkan untuk menerbangkan burung-burung itu kembali ke selatan.
Diketahui, makanan penguin sebagian besar terdiri dari ikan-ikan kecil dan krustasea, sedangkan musuh utama mereka adalah singa laut.
5. Kematian Puluhan Merak Liar di Pakistan
Puluhan burung merak liar tiba-tiba mati di Pakistan, mendoring para pakar mengkhawatirkan sebuah wabah penyakit Newcastle yang sangat menular.
Pihak petugas pada Senin (30/7) mengonfirmasi kematian setidaknya 60 burung merak di gurun Thar, yang sebagian berada di bagian selatan provinsi Sindh, selama akhir pekan lalu. Media setempat melaporkan lebih dari 100 burung eksotis ini mati.
Kementerian lingkungan mengatakan tes telah dilakukan untuk mendiagnosis penyebab kematian, namun mengatakan burung merak liar ini telah dilemahkan oleh kelaparan, penggundulan hutan, dan kurangnya persediaan air minum yang diakibatkan terlambatnya musim hujan tahunan.
“Merak-merak liar ini telah menjadi rentan terhadap bakteri dan serangan jamur, yang secara lebih lanjut menekan kekebalan burung-burung ini yang menjadi faktor penyebab serangan virus ini,” ujar pihak kementerian.
Para pakar memberikan peringatan terhadap jumlah kematian, menduga bahwa kemungkinan kematian ini berhubungan dengan penyakit Newcastle, yang secara lokal dikenal sebagai ranikhet.
“Kami telah memvaksin merak-merak liar ini untuk melindungi terhadap dugaan penyakit virus, yang seperti terjadi pada 2003 ketika beberapa merak mati karena gejala yang sama yang kemudian terbukti sebagai ranikhet,” ujar Lajpat Sharma, seorang petugas di kementerian lingkungan provinsi.
Tahir Qureshi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) juga mengatakan pada AFP bahwa ia menduga penyakit ini sebagai ranikhet.
Penyakit Newcastle adalah masalah kesehatan yang biasa terjadi di antara unggas dan merupakan wabah sporadis. Unggar yang terkena akan mengalami kehilangan selera makan, batuk, bersin, diare, dan kemudian mati.
Kementerian lingkungan menyatakan akan menyuplai air bersih ke merak-merak yang berada di area yang terkena wabah.
Sharma mengatakan terdapat setidaknya 30 ribu merak liar di gurun Thar, namun Qureshi mengatakan jumlah tersebut menurun karena perburuan dan kurangnya konservasi yang efektif.
Pihak petugas pada Senin (30/7) mengonfirmasi kematian setidaknya 60 burung merak di gurun Thar, yang sebagian berada di bagian selatan provinsi Sindh, selama akhir pekan lalu. Media setempat melaporkan lebih dari 100 burung eksotis ini mati.
Kementerian lingkungan mengatakan tes telah dilakukan untuk mendiagnosis penyebab kematian, namun mengatakan burung merak liar ini telah dilemahkan oleh kelaparan, penggundulan hutan, dan kurangnya persediaan air minum yang diakibatkan terlambatnya musim hujan tahunan.
“Merak-merak liar ini telah menjadi rentan terhadap bakteri dan serangan jamur, yang secara lebih lanjut menekan kekebalan burung-burung ini yang menjadi faktor penyebab serangan virus ini,” ujar pihak kementerian.
Para pakar memberikan peringatan terhadap jumlah kematian, menduga bahwa kemungkinan kematian ini berhubungan dengan penyakit Newcastle, yang secara lokal dikenal sebagai ranikhet.
“Kami telah memvaksin merak-merak liar ini untuk melindungi terhadap dugaan penyakit virus, yang seperti terjadi pada 2003 ketika beberapa merak mati karena gejala yang sama yang kemudian terbukti sebagai ranikhet,” ujar Lajpat Sharma, seorang petugas di kementerian lingkungan provinsi.
Tahir Qureshi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) juga mengatakan pada AFP bahwa ia menduga penyakit ini sebagai ranikhet.
Penyakit Newcastle adalah masalah kesehatan yang biasa terjadi di antara unggas dan merupakan wabah sporadis. Unggar yang terkena akan mengalami kehilangan selera makan, batuk, bersin, diare, dan kemudian mati.
Kementerian lingkungan menyatakan akan menyuplai air bersih ke merak-merak yang berada di area yang terkena wabah.
Sharma mengatakan terdapat setidaknya 30 ribu merak liar di gurun Thar, namun Qureshi mengatakan jumlah tersebut menurun karena perburuan dan kurangnya konservasi yang efektif.
6. Kematian Ratusan Antelop di Kazakhstan
Sebanyak 440 ekor Antelope Saiga yang kini termasuk spesies terancam punah di Kazakhstan tewas mengenaskan. Seperti dikutip agensi media setempat, The Interfax, pejabat kementerian melaporkan bahwa kematian massal itu disebabkan karena penyakit.
Diduga, antelope yang tewas tersebut terserang epidemi yang juga menyebabkan kematian 12.000 ekor hewan tahun lalu. Saat ini, pihak pemerintah terkait Kazahstan tengah mengambil
sampel untuk mendeteksi sebab munculnya epidemi ini.
Berdasarkan laporan AFP Senin kemarin (30/5/11), seorang pejabat kementerian yang tak disebutkan namanya mengatakan bahwa antelope tewas karena penyakit infeksi yang disebut pasteurellosis. Penyakit itu menyerang organ paru-paru dan usus serta membutuhkan antibiotik untuk mengatasinya.
Antelope yang tewas mengenaskan itu sendiri termasuk dalam hewan yang terancam punah. Menurut data WWF, populasinya kini tinggal 50.000 ekor. Antelop dikenal sebagai hewan bertanduk dengan hidung moncong dengan habitat di wilayah Mongolia hingga Eropa.
7. Kematian 600 Ekor Kelinci di China
7 Misteri Kematian Hewan Massal
Reviewed by Terbelit Editor
on
Rabu, Januari 23, 2013
Rating: